A A G
Contact Us

Cara Pengendalian Ketonggeng (Vinegaroons/Whip-Scorpion/Kalacuka)

Morfologi

Ketonggeng (Kalacuka/ Whip- scorpion/ kalajengking cambuk) yang termasuk termasuk kedalam hewan predator yang memiliki pedipalpus atau cakar yang berukuran besar, dua kaki depan yang termodifikasi menjadi semacam antena dengan organ sensoris, serta memiliki ekor yang fleksibel, dan memiliki 6 kaki yang digunakan utk berjalan. Setiap kaki terdiri dari 7 segmen yang ditutupi oleh rambut-rambut sensoris. Terdapat 103 spesies kalacuka dan terbagi ke dalam 16 genus.

interesting_facts_about_vinegaroon5.jpg

Sama seperti sub-filum chelicerata lainnya, tubuh ketonggeng terbagi atas cephalotorax (prosoma) dan juga abdomen yang panjang (opisthosoma). Ketonggeng sering dikira sebagai kalajengking karena sama-sama memiliki pedipalpus yang besar dan juga abdomen yang rata. Namun ketonggeng lebih berkerabat dekat dengan laba-laba. Pedipalpus yang besar berguna untuk menangkap mangsanya. Selain itu ketonggeng memiliki satu pasang mata (tiap unit berisi 3-5 mata) yang terletak pada bagian depan kepala. Namun ketonggeng lebih bergantung kepada sensor getaran yang ada pada kakinya untuk menemukan posisi dari mangsanya, karena mereka merupakan predator nokturnal.

interesting_facts_about_vinegaroon2.jpg

Ketonggeng memiliki kelenjar khusus pada duburnya yang dapat memproduksi dan menyemprotkan senyawa kimia yang mengandung asam asetat (asam cuka) yang digunakan utk mengusir predator. Perbedaan antara jantan dan betina pada ketonggeng dapat dilihat dari ukuran tubuh dan bentuk dari pedipalpus (capit), dimana pada jantan ukurannya lebih besar dibanding betina. Ketonggeng pada umumnya ditemukan pada daerah tropis, karena hewan ini menyukai tempat yang memiliki tingkat kelembaban udara yang tinggi.



Perkembangbiakan

Ketonggeng bereproduksi dengan cara yang unik. Pejantannya akan mentransfer sperma melalui spermatophore yang kemudian akan dimasukan ke gonophore milik betinanya dengan bantuan pedipalpus. Betina dapat menghasilkan 40 butir telur. Kemudian betina akan tetap di dalam sarang sampai telur menetas. Telur akan diletakan didalam kantung khusus yang ada di badan si betina. Proses ini dapat berlangsung hingga beberapa bulan. Setelah telur menetas, bayi-bayi ketonggeng akan berpindah ke atas punggung induknya. Selang beberapa waktu, bayi-bayi ketonggeng akan mengalami proses molting (ganti kulit) dan kemudian akan pergi meninggalkan induknya dan mulai mencari makan sediri. Induknya akan mati tidak lama setelah bayi-bayinya keluar.

interesting_facts_about_vinegaroon4.jpg



Makanan

Berbeda dengan kalajengking dan laba-laba, Ketonggeng tidak memiliki racun. Mekanisme pertahanan diri utamanya adalah dengan menyemprotkan cairan yang mengandung asam asetat, yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit serta menimbulkan bau yang menyengat seperti cuka. Cairan ini juga berguna untuk melemahkan mangsa buruannya. Pedipalpus yang besar berfungsi sebagai alat untuk menangkap mangsa dan juga dapat berfungsi sebagai alat pertahanan menghadapi predator. Kalacuka merupakan serangga predator, pada umumnya memakan invertebrata (seperti serangga, milipede, dan ulat) bahkan vertebrata kecil.

14838036160_2515d18a07_b.jpg



Sumber:

Schmerge JD, Riese DJ, Hasiotis ST. 2013. Vinegaroon (Arachnida: Thelyphonida: Thelyphonidae) Trackway Production and Morphology: Implication For Media and Mositure Control On Trackway Morphology And A Proposal For Novel Systen Of Interpreting Arthropod Trace Fossils. Palaios v.28: 12.

Huff JC, Viquez C, Prendini L. 2008. Redescription of Mimoscorpius pugnator (Butler, 1872) (Arachnida: Thelyphonida), with first description of the female. American Museum Novitates No. 3633.

Ferreira RL, Silva WDC, Vieira VC, Silva EMS. 2011. Aspects of the behavior and reproduction of Mastigoproctus brasilianus Koch, 1843, (Arachnida:Uropygi:Telyphonidae). Revista de Etologia Vol. 10:3-11.

1.jpg



Download .pdf

Posted in Pest Control