Hama Kutu beras (Sitophilus spp)
Sitophilus adalah salah jenis satu hama gudang primer, serangga ini mampu menyerang dan berkembang biak pada komoditas simpanan yang masih utuh (biasanya menyerang komoditas serealia dan kacang-kacangan). Sitophilus ini terdiri dari beberapa spesies, diantaranya Sitophilus oryzae, Sitophilus zeamais. Serangga ini pertama kali dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1798 sebagai Curculio oryzae yang kemudian direvisi oleh De Clairville dan Scheltenburg, sehingga berubah nama menjadi Calandra oryzae. Para peneliti sesudah masa itu menemukan dua perbedaan ukuran pada serangga tersebut yaitu ada yang besar dan ada yang kecil. Tahun 1855, Motschulsky menyatakan bahwa serangga yang berukuran besar memang berbeda dengan yang kecil dan dia memberikan nama Sitophilus zeamais untuk serangga yang ukurannya lebih besar.
Siklus Hidup Sitophilus spp termasuk kelompok serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Pertumbuhan dan perkembangan serangga ini melalui empat tahap perkembangan (stadia) yaitu stadium telur, stadium larva, stadium pupa, dan imagoImago Sitophilus spp. berwarna hitam, hitam kecoklatan dan coklat. Serangga betina bertelur sepanjang stadium dewasa. Setiap betina mampu bertelur lebih dari 150 butir. Telur diletakkan satu per satu dalam lubang yang dibuat oleh serangga betina pada biji yang diserangnya. Telur dilindungi oleh lapisan lilin/gelatine hasil sekresi serangga betina. Setelah menetas, larva segera memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk lubang-lubang gerekan. Larva terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam biji, serangga dewasa yang baru muncul segera membuat jalan keluar dengan cara menggerek bagian biji tersebut sehingga membentuk lubang besar yang karakteristik. Total periode perkembangan serangga ini antara 35 - 40 hari, tergantung jenis dan mutu biji yang diserangnya.
Perbedaan antara Sitophilus oryzae dan Sitophilus zeamais, terlihat pada warna tubuh dan bentuk puncture/kepala. S. oryzae terlihat lebih gelap dan kusam, sedangkan S. zeamais lebih terang dan lebih mengkilat. Bentuk puncture/kepala S. oryzae lebih halus dan tidak muncul tonjolan tonjolan, sedangkan S. zeamais lebih kasar dan muncul tonjolan tonjolan kecil.
Biologi Sitophilus oryzae dan Sitophilus zeamais. Siklus hidup 30-45 hari, tanpa makanan betina dapat bertahan hidup selama 36 hari dan dengan makanan 3-5 bulan. Keperidian 575 butir telur per betina. Lama hidup dan keperidian akan menurun kalau populasi sudah padat, sehingga mereka akan cenderung memencar. Telur diletakkan di dalam rongga pada permukaan biji yang dibuat oleh betina. Larva dan pupa terdapat di dalam biji Kondisi optimimal untuk pertumbuhannya adalah kadar air biji antara 15-17%, temperature 28 oC dan RH 70%. Gejala kerusakan dan pengendalian Sitophilus Gejala serangan pada butir-butir komoditas menjadi berlubang-lubang, pada beras utuh akan rusak dan hancur menjadi menir dan menir. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi.
Pengendalian : Membuat kontruksi gudang kedap serangga : bangunan dari beton atau logam Sanitasi lingkungan gudang, agar tidak ada bahan makanan yang tercecer sehingga tidak ada sumber makanan untuk hama. Mengatur kelembapan gudang agar tidak mendukung proses perkembangan Sitophilus Jika populasi Sitophilus sudah terlalu tinggi maka dilakukan fumigasi menggunakan insektisida.
Sumber : Kalshoven, L. G. E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised and. Translated By P.A. Van der laan. Jakarta (ID): PT. Ichtiar Baru-Van. Manueke J, Tulung M, Mamahit J.M.E. 2015. Biologi Sitophilus oryzae dan Sitophilus zeamais (Coleoptera; Curculionidae) pada Beras dan Jagung Pipilan. Jurnal Eugenia. 21(1): 20-31. Sakul E. H, Manoppo J.S, Taroreh D, Gerungan R.I.F, Gugule S. 2012. Pengendalian Hama Kumbang Logong (Sitophylus oryzae L.) Dengan Menggunakan Ekstrak Biji Pangi (Pangium edule Reinw.). Jurnal Eugenia. 18(3): 186-196.